Yahoo Look of the Day: 21 Mei 2014

Assalamualaikum!
Alhamdulillah, tanggal 21 Mei aku difeature sama Yahoo She. Ini style aku saat aku ada di headline yahoo. Hope you inspired! :)









All Wardobe: Nataya
Read More

Women in black.

Scarf: unbranded
Furr jacket: @bellecoll
Pink tanktop: DIY by self
Skirt: unbanded
Shoes: icon ninety

Read More

Teacher is...

"Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup selamanya" - Mahatma Gandhi

Tulisan ini akan bercerita tentang perjalanan pendidikan aku bersama guru-guru favourit dan pengajar yang berkesan bagi kehidupanku. Here they are...


Ibu Ani, guru pertama yang aku temui saat aku masih di Taman Kanak-Kanak “Asuhan Bunda”. TK yang kecil dan sederhana. Beliau bukan satu-satunya guru yang mengajarku, tapi aku sangat berterimakasih padanya karena walaupun aku hanya TK 1 tahun, beliau tetap perhatian sama aku. hihi. Berkat beliau aku bisa membaca tulis lebih cepat. Umur 5,5th aku udah bisa SD. hehe


Bu Suluro, guru kelas 1 disekolahku selanjutnya MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Kalisari. Saat itu, tahun 1997, jarang banget sekolah religi seperti ini, dan jarang pula orang tua yang mempercayakan anaknya untuk belajar di sekolah ini. Akulah angkatan pertama. Aku sangat appreciate karena beliau beserta tim guru lainnya dengan percaya diri mengajar di sekolah minoritas. Beliaulah yang menemukan bakatku bernyanyi dan berorganisasi. Melalui tangannyalah aku berhasil tampil bernyanyi disebuah grup Qosidah dan menjadi anggota pramuka.

Guru non-formalku adalah Kak Johan. Beliau pengajar sanggar yang aku ikuti. Walaupun saat aku kelas 3 SD, aku terdaftar sebagai penari, tapi beliau memberiku kesempatan untuk bernyanyi bersama anaknya dan membuat album kolaborasi religi. Kemudian bersama istrinya, Kak tari, aku diajar menari. Setelah bernyanyi, mereka mempercayakanku untuk menari di video klip penyanyi anak-anak saat itu. Mereka fighting mempertahankan sanggar sampai sekarang. Dengan naik turunnya peserta sanggar, tidak memadamkan semangat mereka untuk mengajar ilmu yang mereka punya kepada orang yang memiliki passion dibidangnya.

Bu Rupi, Pembina pramukaku, Guru Matematikaku. Di kelas 2 SMP aku dipertemukan olehnya. Beliau penemu bakat matematikaku. Akupun kaget saat beliau bilang bahwa murid kesayangannya yang sekelas denganku mempunyai saingan baru, yaitu aku. Sontak aku diperhatikan olehnya. Akupun lebih termotivasi lagi untuk belajar. Lalu beliau mempercayakanku untuk menjadi salah satu perwakilan sekolah untuk mengikuti seleksi olimpiade matematika tingkat SMP. Matematika pelajaran sulit bahkan dibenci para murid, tapi beliau berhasil mengajarkan pelajaran sulit itu kepada teman-teman dan kepadaku. Melalui solusi, inovasi dan kebijakannya untuk memberikan kebebasan kepada pelatih pramukaku, maka, Pramuka di SMPku saat itu berkembang.

Bu Nunung, Temanku dan Guru Ekonomiku. Beliau bukan wali kelasku, tetapi beliau dekat dengan murid yang ingin dekat dengannya. Di tangannya, pelajaran Ekonomi menjadi mudah. Murid yang bandel di sekolah perlahan membaik melalui perhatiannya.

Saat kuliah akhirnya akupun terpanggil untuk menjadi salah satu pengajar di LPPKM IISIP. lembaga CSR kampusku untuk masyarakat. Bimbel gratis dengan mahasiswa sebagai pengajarnya. Pesertanya adalah anak-anak sekitar kampusku. Ini menjadi pengalaman berharga untukku. Ternyata menjadi pengajar tidaklah mudah. Mengatur anak-anak, memberikannya pengertian bahwa yang ini baik dan itu tidak baik. Sulit. Lalu, yang selama ini aku pertanyakan ternyata belum bisa aku miliki dan terjawab dengan baik.

“Bagaimana cara membuat manusia yang tidak mengerti jadi dengan mudah mengerti?”


Oh, iya ada 1 cerita yang mengharukan tentang pengajarku saat kuliah. Pak Rambe, beliau sudah lansia, beliau mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Saat dikelas, udah dipastikan deh aku bakal  ngantuk dan pegel. Karena cara mengajarnya itu yang membosankan dan membuat mahasiswanya terus menerus menulis materi yang ditampilkan di OHP.

Hal yang membuatku tersenyum bahkan menangis haru adalah beliau kerap kali ketiduran dikelas dengan posisi duduk dan bersandar pada tangan di dagunya. Aku haru melihatnya, walaupun dengan umurnya yang lansia dan cara mengajarnya yang membosankan, beliau tetap membaktikan dirinya kepada pendidikan. Hal lain yang mengharukan adalah, beliau datang mengajar masih menggunakan angkutan umum. 


Aku sama temen-temen suka ketemu Pak Rambe nunggu bis di Halte Kampus, sampe beliau ketiduran juga sambil meluk tas jadulnya itu. Walaupun kami mendapat info bahwa sebenernya beliau orang mampu dan memiliki anak-anak yang sukses. tapi, beliau tetap memilih transportasi itu. Sampai akhirnya aku berucap “tidak seharusnya Pak Rambe dengan umur segitu masih kerja, harusnya beliau menikmati masa tuanya bermain bersama cucu dirumah”


Menjelang akhir masa kuliah, aku mendapat info bahwa Pak Rambe mulai sakit-sakitan. Lalu, setelah sekian lama menderita sakit, beliau telah diterima di sisi Tuhan yang Maha Kuasa. Terimakasih Pak Rambe atas ilmunya. Semoga segala Ilmu yang diberikan selalu bermanfaat bagi kami. (Regita Kurniavi)


Sumber gambar:
http://www.riau.go.id/riau1/news_images/814470389Guru%20PAUD.jpg
http://hadisutrisno.com/wp-content/uploads/2009/11/partitur-himne-guru3.jpg
bustangbuhari.files.wordpress.com/2011/12/photo0556.jpg
http://bjoconsulting.blogs.com/photos/foto/seminar-iisip-jakarta.jpg 

Read More

Orange go!

Orange, baru pertama kali pake baju serba orange gini. Wardrobe ini dari temen aku, Nataya. Aku pake outfit ini dalam rangka photo contest dari Foxs. Aku sama Nataya sih seru-seruan aja foto begini, karena memang kita seneng foto-foto. Hehe. Tapi kalo emang dapet bonus menang, ya Alhamdulillah.





All Wardrobe: Nataya
Photo: Nataya
Make Up: Regita
Hijab Do: Regita
Read More