Sayang dan Benci Beda Tipis



Kamu pernah ngga, sebel atau ngga nyaman sama orang, tapi di kemudian hari kamu bisa begitu akrab sama dia? Hum.. aku juga pernah ngerasain. Kaya aku sama calon suamiku ini. Dulu, kita temen sekantor aja, malah aku cenderung ngehindar, karena aku ngga nyaman. Setiap dia negor atau ngajakin ngobrol basa basi, selalu aku cuekin, jutekin dan aku tinggal pergi. Hahaha.

Tapi, hihi, Allah berkata lain, diiringi hujan dan angin, aku yang tadinya “ngga pernah mau” diajak makan siang bareng, ditemenin kemana atau dianterin kemana, TIBA-TIBA, daarr! dengan gampangnya mau diajak ketemuan pake nerjang ujan segala. WHAT.

Setelah kenal dan memutuskan untuk menikah, aku jadi makin tahu kepribadian dia. Ternyata, aku dan dia itu BEDA, sekali lagi, BE-DA. Jelas sih, namanya juga manusia ngga pernah ada yang sama PLEK.

Setiap ketemu, kita pasti selalu sempetin untuk berantem adu pendapat. Biasanya, aku sih yang mulai mempermasalahkan, hehehe. Sebenernya simple, tapi bagiku itu prinsipil. Kaya misalnya, untuk urusan perencanaan pergi. Aku orangnya detail tentang schedule. Seperti, Hari Sabtu, dari jam 10-12 ke tempat A, jam 13-15, ke tempat B, jam 16-18 ke tempat C, begitu seterusnya. Perencanaan kaya gitu, penting bagiku, untuk menentukan, perkiraan waktu, ngabisin uang berapa, baiknya lewat mana, pake baju apa, bawa apa aja dan lain sebagainya. Tapi, pria ini ngga sedetail itu mikirinnya.

Pelajaran yang bisa diambil dari begitu keukeuhnya aku minta detail adalah, cara berfikir dalam mengambil keputusan, yang bener itu “Nanti bagaimana?”  bukan “ Gimana nanti”. Setuju?

Itu baru 1 hal, belum hal lainnya yang bisa memicu kita untuk ngeluarin kepintaran (red: adu pendapat, baca : berantem).

Walaupun begitu, kita tetep #Sehatea untuk duduk bareng ngobrolin apa yang udah kita lewatin sambil minum Teh Hijau Kepala Djenggot. Karena kita yakin, moment seperti itu, selain dapat menjaga tubuh agar tetap sehat, juga bisa menjadi ruang kita saling mendengar dari hati ke hati.



Pada akhirnya, kita memang harus saling melengkapi satu sama lain. Dia yang pelupa, dilengkapi oleh aku yang suka mengingatkan. Aku yang gampang sebel, dilengkapi oleh peredam emosi seperti dia. Klop!



Pasanganmu kaya gitu juga ngga? Sharing yuk ke aku di kolom comment. Kalau perbedaannya lebih banyak daripada aku, bikin ceritanya aja yuk di blog kalian, supaya bisa menginspirasi temen-temen lain.